Rabu, 13 November 2013

Kurikulum 2013, Keluhan dan Solusinya

Oleh : Eka Sulistyawati (13709251025)

A.        Tuntutan dan Permasalahan yang Terjadi dalam Kurikulum 2013
Baru-baru ini dengan diterapkannya Kurikulum 2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal ini diakibatkan kebijakan yang pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan dan kondisi nyata yang ada di lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, yakni pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran diantaranya adalah problem based learning, project based learning, dan discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do  yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
1.       Mengamati
Pada kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya dikurangi takarannya. Siswa dituntut aktif dalam segala masalah. Proses mengamati dalam pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan suatu proses belajar yang sering digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain, guru dituntut harus paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri semua fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya.
2.       Menanya
Agar siswa merasa bertanya-tanya (rasa ingin tahu), seorang guru harus menyediakan pembelajaran yang menimbulkan masalah. Artinya guru harus mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik yang dapat menimbulkan rasa ngin tahu siswa.
3.       Mencoba
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk mencoba sendiri, dan terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru. Dalam pembelajaran matematika misalnya, siswa diminta mencoba sendiri mencari data untuk disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik. Data itu dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, melalui wawancara, dan melalui pengamatan.
4.       Menalar
Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Siswa akan mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang diajarkan tidak memberatkan mereka.
5.       Komunikasi
Dalam proses mengkomunikasian semua permasalahan, siswa diminta mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima aspek dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. namun pendalamannya dilakukan kembali di kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat pendidikan Indonesia.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku siswa dan buku guru. oleh karena itu guru perlu mencermati buku guru maupun buku siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Padahal masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing. Dengan demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan menganalisis buku guru ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan buku yang disesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah diketahui lebih awal. 
      Dalam pelaksanaannya, dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini banyak ditemui beberapa keluhan guru. Beberapa keluhan guru dapat diketahui melalui sumber informasi yang dihimpun dalam penjelasan sebagai berikut :
1.      Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Liyarti mengatakan, “Mereka masih bingung bagaimana cara mengajarkannya dan penilaiannya”.
2.      Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya
Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya.
3.      Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan dalam Pembuatan RPP
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya adalah silabus.
4.      Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta, Baskara Aji mengakui banyak masukan kritis dari guru mengenaik isi materi buku ajar kurikulum baru. Kata Aji keluhan umum para guru di DIY ialah mengharapkan ada perbaikan dalam susunan urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar perlu diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK. Hal ini akan diatasi oleh Disdikpora DIY dengan mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.

B.        Solusi Penyelesaian Masalah yang Timbul dengan Diterapkannya Kurikulum 2013.
Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan pengetahuan guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya. Hal inilah salah satunya yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena itu, sangat perlu bagi masing-masing sekolah mengadakan kegiatan :
1.      lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.
Menurut Sudrajat (2008) lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi guru mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson study. Sehingga kemampuan guru semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan contoh kemudian dikritisi ataupun dari memperhatikan contoh kemudian mengkritisi.
2.      Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013
Pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.
Daftar Pustaka
Sudrajat, Akhmad. 2008. Tentang Lesson Study. Diakses melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkan-pembelajaran/


Rabu, 23 Oktober 2013

Fatalisme, Hedonisme, Reduksionisme, Vertikal dan Horisontal

Oleh : Eka Sulistyawati (13709251025)
PPs UNY Pendidikan Matematika 2013 Kelas B

      Artikel ini merupakan artikel refleksi perkuliahan filsafat yang dengan pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A pada tanggal Kamis, 10 Oktober 2013. Seperti pada perkuliahan sebelumnya, metode yang digunakan dalam perkuliahan ini adalah dengan membahas beberapa pertanyaan mahasiswa yang sifatnya terbuka. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat Socrates yang menyatakan bahwa ilmu adalah pertanyaan-pertanyaanku. Artinya ilmu pengetahuan dimulai dari sebuah pertanyaan, apa, mengapa, dimana, siapa, dan bagaimana. Maka terdapat beberapa inti pertanyaan yang kemudian ditulis menjadi sebuah refleksi sebagai berikut.
A.     Pasrah dan Maknanya
      Dalam menghadapi sesuatu hal, kadang manusia merasa pasrah. Pasrah dapat memiliki baberapa arti. Pasrah dapat berarti patah semangat atau pasrah dapat diartikan sebagai berserah diri. Pasrah sebagai berserah diri artinya berikhtiar semaksimal mungkin tetapi hasilnya diserahkan kepada Allah SWT. Rasa pasrah ini timbul karena sifat ketidaksempurnaan manusia yang pada hakekatnya manusia hanya bisa berikhtiar tanpa bisa menentukan kualitas atau pencapaian hasil yang pada nantinya akan diperoleh. Ketidaksempurnaan manusia mengakibatkan adanya ilmu artinya ketidaksempurnaannya itu mendorong rasa ingin tahu tentang sesuatu hal, rasa ingin tahu tersebut merupakan benih dari suatu pertanyaan, pertanyaan merupakan sumber dari ilmu (Socrates). Mengingat ada sisi positif dari sebuah ketidaksempurnaan, manusia hendaknya :
1.         Bersyukur atas ketidaksempurnaan itu. Ketidaksempurnaan ini hendaknya membawa manusia ke dalam kehidupan yang lebih baik artinya manusia selalu berusaha mencapai apa yang mereka inginkan.
2.         Senantiasa mohon ampun, karena ketidaksempurnaan menyebabkan manusia bereksperimen melakukan kesalahan. Sesuai dengan Firman Allah dalam Al- Quran Surat An-Naml ayat 19 yang terjemahannya “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, serta masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih”.
      Karena kita sedang dalam rangka berfilsafat, maka ranah kajian filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Yang sudah terjadi atau yang sudah ada disebut dengan takdir. Sedangkan yang belum terjadi atau yang mungkin ada berupa potensi yang perlu diikhtiarkan atau diusahakan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11 yang terjemahannya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka”. Berbicara masalah nasib, saya teringat dengan seorang pengarang buku yang mengatakan “jodoh itu memang benar ditangan Tuhan, tapi apabila kita tidak meraihnya jodoh akan tetap di tangan Tuhan”. Hal ini artinya sama bahwa usaha dan kerja keras sangatlah penting, dan janganlah semata-mata menanti nasib yang diberikan Tuhan hanya dengan berdiam diri.
      Artinya jika kita hanya terperangkap dalam fatalisme (pasrah dengan nasib yang diberikan Allah) padahal Allah tidak mengubah nasib suatu kaum jika tidak berusaha, maka seperti punguk yang merindukan bulan. Tidak ada manusia yang dapat memperoleh uang jika hanya berdiam diri, tidak ada manusia yang merasa kenyang jika tidak mencari makan, tidak ada manusia yang merasa teduh jika tidak mencari keteduhan, dll.
B.     Mengapa enak adalah hedonisme?
      Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin untuk menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Selain itu hedonisme juga memandang bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup manusia. Aristoppus membagi kesenangan dalam bentuk gerakan yaitu :
a.       Gerak kasar yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
b.      Gerak halus yang membuat kesenangan
c.       Tidak bergerak yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.
      Selain itu ia juga melihat kesenangan sebagai hal yang aktual artinya kesenangan terjadi sekarang dan diwaktu ini. Kesenangan bukan masa lalu atau masa depan. Masa lalu hanya ingatan akan kesenangan dan masa depan adalah hal yang belum jelas. Tokoh hedonisme lain adalah Epikuros. Menurutnya orang yang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan agar mencapai kepuasan. Atau dengan kata lain orang yang bijaksana adalah orang yang menghindari tindakan yang berlebihan. Disesuaikan dengan era sekarang ini hal yang bersifat kesenangan atau ketidaksenangan adalah penilaian menurut individu masing-masing. Senang atau tidak senang adalah cara kita mengartikan sebuah keadaan. Dalam menyikapi suatu keadaan hendaknya kita selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah SWT setelah kita berusaha.
C.      Marilah Senantiasa Memohon Ampun
      Sadar atau tidak sadar setiap saat kita telah melakukan reduksi, berbuat tidak adil, melakukan eliminasi, dan menentukan pilihan. Berawal dari sifat manusia, bahwa manusia memiliki ketidaksempurnaan dan keterbatasan. Ketidaksempurnaan dan keterbatasannya ini yang mengakibatkan manusia bersifat reduksionis. Bayangkan saja kita tidak pernah bisa melihat punggung kita sendiri atau leher (githok :Jawa) kita sendiri, hal inilah yang disebut reduksionis artinya kita tidak bersifat adil terhadap punggung dan leher bagian belakang yang sesungguhnya memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk dilihat. Karena sifat reduksionis ini manusia harus meminta maaf setiap saat terhadap benda-benda yang direduksi itu, karena manusia selalu berlaku tidak adil terhadap setiap hal atau benda.
      Masih mengenai reduksi, secara harfiah kehidupan ini adalah memilih dan menentukan. Apa yang dipilih diambil, sedangkan yang tidak terpilih dieliminasi. Kemampuan memilih dapat menentukan keberhasilan kita karena berpengaruh pada tepat atau tidaknya untuk keperluan kita. Sehingga kadang manusia melakukan kesalahan-kesalahan dalam memilih.


D.     Bagaimana Mengatasi Perselisihan
      Secara filsafat perselisihan merupakan sintesis dua kekuatan horisontal.  Sehingga untuk mengatasinya dilakukan dengan mendatangkan kekuatan vertikal yang mengeliminir kekuatan horisontal. Gunakan perbedaan dimensi kuasa. “Aku ki sing paling tua nang keluargamu, wis do arep damai ora?”. Misalnya saja ketika ada dua kucing yang sedang berkelahi, sehingga untuk melerainya diperlukan kekuatan lain, misalnya harimau. Begitupula dengan manusia.
      Sadar atau tidak sadar kita mengenal beberapa dimensi kekuatan, sekurang-kurangnya kita menyadari ada paling tidak 2 dimensi kekuatan yaitu kekuatan horisontal dan kekuatan vertikal. Oleh karena itu dengan adanya beberapa dimensi kekuatan ini adanya suatu hukum bahwa “yang kuat yang menang, yang lebih pintar/memiliki banyak ilmu mempermainkan yang kurang berilmu”, dll.
Seringkali adanya penyalahgunaan kekuasaan, misalnya saja saat ini banyak para pemimpin bangsa yang menyalahgunaan kekuasaan. Misalnya saja baru-baru ini Akil Muchtar seorang Ketua Mahkamah Konstitusi diduga menerima suap dalam Sengketa Pemilu Kada Kabupaten Lebak dan Kabupaten Gunung Mas. Inilah salah satu bukti kadang manusia tidak bisa mengemban kekuasaannya untuk kemaslahatan masyarakat umumnya, namun kekuasaan hanya dijadikan ajang untuk mengisi perut dan menggembungkan rekening bank nya sendiri. Padahal dalam dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu menyatakan “Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”.
      Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri sendiri untuk memimpin diri sendiri, mengomandani hati kita dan menempatkan spiritual di atas setiap yang kita lakukan agar semua yang kita lakukan berorientasi memperoleh Ridho Allah SWT, dan suatu saat kita dapat mempertanggungjawabkannya kelak. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


Selasa, 24 September 2013

Filsafat dan Segala Hal yang Ada di Dalamnya

Oleh : Eka Sulistyawati (13709251025)
      Tulisan ini dibuat berdasarkan hal-hal yang disampaikan oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A dalam perkuliahan rutin yang dilaksanakan di gedung 103 pascasarjana UNY. Dalam perkuliahan tersebut bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A mempersilakan kepada mahasiswa untuk menuliskan satu atau lebih pertanyaan yang ditujukan kepada beliau terkait materi filsafat. Berikut adalah hasil refleksinya.
      Filsafat merupakan olah pikir, apabila kehidupan tidak menggunakan pikiran apa yang akan terjadi. Orang yang tidak menggunakan pikirannya dalam kehidupan dapat diibaratkan seperti orang gila. Berfilsafat merupakan olah pikir yang reflektif, artinya dapat dikembangkan dengan suatu pertanyaan mengapa, apa, bagaimana, dimana, seperti apa, dll. Bahkan ketika kita bertanya mengapa filsafat itu penting?sebenarnya kita telah menggunakan olah pikir kita atau dengan kata lain kita telah berfilsafat. Agar kita dapat berfilsafat dengan  benar dan terarah itu harus disesuaikan dengan konteksnya. Orang Islam berfilsafat berbeda dengan orang Yahudi berfilsafat, dll. Orang yang beragama tentu berbeda dengan orang yang tidak beragama dalam berfilsafat. Oleh karena itu terdapat  beberapan pandangan/paham/aliran filsafat yang berbeda-beda disesuaikan dengan cara pandang seseorang atau sekelompok orang. Olah pikir yang masih terbuka spiritual dan non spiritualnya. Cara berfilsafat yang benar dan terarah adalah :
      Tanya siapa dirimu, apa agamamu, darimana asalmu, apa sukumu, dll. Kadang dalam berfilsafat, bukan jawaban itu yang dimaksud namun penjelasannya. Misalnya saja darimana engkau itu?saya berasal dari masa depan, karena sikapku, cita-citaku, sikapku aku orientasikan atau aku dasarkan dari cita-citaku. Darimana membangun gedung itu?dari atas ke bawah, karena semua material yang digunakan ditanam atau ditancapkan atau dituang dari atas ke bawah. Inilah salah satu olah pikir orang berfilsafat, karena berfilsafat itu memiliki daya bongkar.
      Bangsa Timur dikenal sebagai bangsa yang beragama dan memiliki kepercayaan. Seperti halnya Indonesia, Negara Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila yang didalamnya memuat sila (Ketuhanan yang Maha Esa), artinya letakkan spiritual sebagai pondasi dan muara dalam berfilsafat. Setinggi-tingginya pengembaraan pikiran dalam berfilsafat masih dalam rangka berspiritual.
       Berfilsafat haruslah dimulai dengan kesadaran. Dengan kesadaran kita dapat mengenal dimensi ruang dan waktu. Misalnya, ini sudah sore, padahal ini siang, makanya kita harus belajar. Orientasi seperti itu adalah orang yang sudah tidak menggunakan kesadarannya. Di dalam berfilsafat, kita bisa bereksperimen memanipulasi ruang dan waktu, misal ketika sedang sholat kita memikirkan ka’bah, artinya kita telah menembus ruang seakan-akan ka’bah ada di sini. Namun secara meterial untuk melihat ka’bah kita harus naik pesawat untuk sampai ke Makkah. Misalnya kata kemarin itu tergantung kapan lamanya, misalnya 1 detik=1000 tahun, maka Plato itu meninggal baru satu detik yang kemarin. Husserr berpendapat supaya bisa menembus ruang dan waktu harus bisa melakukan idealisasi dan abstraksi. Idealisasi yaitu menganggap sempurna sifat yang ada dan abstraksi adalah kodrat, reduksi. Manusia tidak bisa terbebas dari idelisasi dan abtraksi. Contoh reduksi, kita hanya bisa melihat apa yang ada di depan kepalamu, di belakang kepala tidak bisa kita lihat, maka kepala dapat digerak-gerakkan sesuai kehendak kita. Kehendak itu akan membawa kita memandang dari sudut yang kita mau.
      Berbicara mengenai filsafat dan cara berfilsafat yang baik dan benar tentu tidak bisa dipisahkan dari objek kajian filsafat. Objek kajian filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Rene Descrates berpendapat “Engkau ada disitu kalau engkau berfikir dan bertanya”.  Secara filsafat membuktikan mimpi dan kenyataan, jika dengan cara dicubit, di mimpi juga ada rasa sakit. Cara mebuktikannya adalah dengan cara memikirkannya dan aku sedang bertanya. Misal dalam suatu konferensi, Indonesia tidak bertanya, tidak mengemukakan gagasannya maka dalam konferensi itu Indonesia dianggap tidak ada. Dalam kajiannya, objek ada berarti bisa dilihat dan tidak bisa dilihat. Contohnya adalah arwah, apakah arwah ada? Ada, karena saya dapat menulis arwah, saya memikirkan arwah. Padahal kita tidak bisa melihat arwah. Apakah Tuhan ada? Setiap pagi mendengarkan Adzan, tidak Cuma dilihat/didengar tapi dilakukan padahal kita juga tidak bisa melihat Tuhan. Salah satu filsuf terkenal, Immanuel Kant membagi dua kriteria yaitu yang bisa kita lihat, kita pikirkan dengan panca indera (fenomena), yang tidak bisa dipikirkan dan dilihat dengan panca indera (noumena). Contoh noumena : Namun arwah itu tidak bisa dipanca indera. Ada (bisa dilihat), ada (tdk bisa dilihat). Tuhan itu ada, malaikan itu ada tapi tidak bisa dilihat.  Sedangkan contoh fenomena adalah ketika kita sedang belajar menulis menggunakan laptop, itu merupakan fenomena karena kita bisa merasakan, dan orang lain tahu apa yang kita lakukan.
     Berfilsafat itu menjelaskan, karena begitu pentingnya penjelasan. Tidak mungkin jika tidak menggunakan bahasa analog. Bahasa analog mampu mengkomunikasikan unsur-unsur dalam dimensi yang berbeda-beda. Misal kehidupan orang tua dan orang muda memiliki kehidupan yang berbeda namun dapat dikomunikasikan dengan bahasa analog. Kata2 cinta dapat menjadi analog atau bukan. Kalau mencinta umat manusia, kalau diarahkan kepada arah tertentu (satu titik) (bukan). Menggunakan bahasa analog karena kekurangan atau ketidaksempurnaan manusia di dunia ini. Sehingga ada penyakit bahasa, misal: bisa dapat diartikan dapat dan racun. Artinya bahasa itu sakit (punya kelemahan) dilihat dari sisi filsafat, karena satu kata bisa memiliki banyak makna. Banyak makna itu penting agar bisa mengkomunikasikan dimensi yang berbeda. Didaerah pusat kerajaan merupakan Struktur vertikal menggunakan bahasa analog, semakin jauh dari kerajaan bahasanya semakin datar. Dimana ada struktur kekuasaan pasti ada dimensinya. Misal di jogja memiliki nyanyian seorang ksatria membela negara, kalau cilacap nyanyiannya waru doyong, pacul goang (yang dilihat saja, tidak ada struktur hierarkis) strukuturnya horisontal. Sapi manak, wedus manak, bojoku manak. Paham tetntang dimensi ruang dan waktu, sopan dan santun tentang dimensi ruang dan waktu. Filsafat pendidikan matematika, harus sopan dan santun dalam bermatika, dengan mengetahui matematika itu apa. Misal anak kecil ketika akan memasukkan apapun ke mulut disebut “Emplok”, makan apapun jadi dibilang “Ngemplok sego, ngemplok iwak,dll”.  Orang yang bertata krama itu adalah orang yang berilmu, karena tata krama itu adalah ilmu. Contoh analogi yang lain misalnya “bekas rektor”, bekas itu bahasa dimensi rendah apabila naik tingkatan atau dimensinya “mantan rektor” . didalam karakter wayang, merah berarti berani, putih berarti suci, agama Islam identik dengan warna hijau (bahasa analog). Budaya berkembang karena bahasa analog, bahasa analog lebih tinggi dibandingkan bahasa kiasan. Misalnya orang jawa ketika hari raya membuat ketupat yang artinya “lepat” maknanya memohon ampun atas semua kesalahan. Suara adzan artinya istirahat dari bekerja dan segera sholat. Dalm filsafat misal “ada dua batu sedang bercinta” secara teknologi dapat disimulasikan menggunakan film dua pemuda sedang dimabuk asmara, mereka berdua menggunakan cincin dari batu dan keduanya sedang menari. Sehingga dengan menggunakan kamera dapat dishooting dua batu saja yang sedang menari-nari.
      Banyaknya suatu pembagian kriteria dan bermacam-macamnya paham adalah suatu bukti beragamnya cara berfikir dan berpandangan orang maupun kelompok orang. Salah satu pembagia kriteria yang kita kenal adalah metafisika. Aristoteles mengartikan metafisika sebagai “makna dibalik sesuatu”. Contohnya Jilbab secara harfiah adalah penutup mata, namun maknanya adalah kecantikan, spiritual, dll. Angka 4, fisiknya 4, namun metafisiknya adalah angka 4 lebih besar dari 4, 2, dan 1. Contoh lainnya adalah menyanyi islami secara harfiah adalah suatu hiburan namun maknanya adalah untuk berdakwah yaitu mengajak si pendengar mengikuti isi lagu yang dibawakan.



Filsafat dan Segala Hal yang Ada di Dalamnya

Oleh : Eka Sulistyawati (13709251025)
      Tulisan ini dibuat berdasarkan hal-hal yang disampaikan oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A dalam perkuliahan rutin yang dilaksanakan di gedung 103 pascasarjana UNY. Dalam perkuliahan tersebut bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A mempersilakan kepada mahasiswa untuk menuliskan satu atau lebih pertanyaan yang ditujukan kepada beliau terkait materi filsafat. Berikut adalah hasil refleksinya.
      Filsafat merupakan olah pikir, apabila kehidupan tidak menggunakan pikiran apa yang akan terjadi. Orang yang tidak menggunakan pikirannya dalam kehidupan dapat diibaratkan seperti orang gila. Berfilsafat merupakan olah pikir yang reflektif, artinya dapat dikembangkan dengan suatu pertanyaan mengapa, apa, bagaimana, dimana, seperti apa, dll. Bahkan ketika kita bertanya mengapa filsafat itu penting?sebenarnya kita telah menggunakan olah pikir kita atau dengan kata lain kita telah berfilsafat. Agar kita dapat berfilsafat dengan  benar dan terarah itu harus disesuaikan dengan konteksnya. Orang Islam berfilsafat berbeda dengan orang Yahudi berfilsafat, dll. Orang yang beragama tentu berbeda dengan orang yang tidak beragama dalam berfilsafat. Oleh karena itu terdapat  beberapan pandangan/paham/aliran filsafat yang berbeda-beda disesuaikan dengan cara pandang seseorang atau sekelompok orang. Olah pikir yang masih terbuka spiritual dan non spiritualnya. Cara berfilsafat yang benar dan terarah adalah :
      Tanya siapa dirimu, apa agamamu, darimana asalmu, apa sukumu, dll. Kadang dalam berfilsafat, bukan jawaban itu yang dimaksud namun penjelasannya. Misalnya saja darimana engkau itu?saya berasal dari masa depan, karena sikapku, cita-citaku, sikapku aku orientasikan atau aku dasarkan dari cita-citaku. Darimana membangun gedung itu?dari atas ke bawah, karena semua material yang digunakan ditanam atau ditancapkan atau dituang dari atas ke bawah. Inilah salah satu olah pikir orang berfilsafat, karena berfilsafat itu memiliki daya bongkar.
      Bangsa Timur dikenal sebagai bangsa yang beragama dan memiliki kepercayaan. Seperti halnya Indonesia, Negara Indonesia yang memiliki ideologi Pancasila yang didalamnya memuat sila (Ketuhanan yang Maha Esa), artinya letakkan spiritual sebagai pondasi dan muara dalam berfilsafat. Setinggi-tingginya pengembaraan pikiran dalam berfilsafat masih dalam rangka berspiritual.
       Berfilsafat haruslah dimulai dengan kesadaran. Dengan kesadaran kita dapat mengenal dimensi ruang dan waktu. Misalnya, ini sudah sore, padahal ini siang, makanya kita harus belajar. Orientasi seperti itu adalah orang yang sudah tidak menggunakan kesadarannya. Di dalam berfilsafat, kita bisa bereksperimen memanipulasi ruang dan waktu, misal ketika sedang sholat kita memikirkan ka’bah, artinya kita telah menembus ruang seakan-akan ka’bah ada di sini. Namun secara meterial untuk melihat ka’bah kita harus naik pesawat untuk sampai ke Makkah. Misalnya kata kemarin itu tergantung kapan lamanya, misalnya 1 detik=1000 tahun, maka Plato itu meninggal baru satu detik yang kemarin. Husserr berpendapat supaya bisa menembus ruang dan waktu harus bisa melakukan idealisasi dan abstraksi. Idealisasi yaitu menganggap sempurna sifat yang ada dan abstraksi adalah kodrat, reduksi. Manusia tidak bisa terbebas dari idelisasi dan abtraksi. Contoh reduksi, kita hanya bisa melihat apa yang ada di depan kepalamu, di belakang kepala tidak bisa kita lihat, maka kepala dapat digerak-gerakkan sesuai kehendak kita. Kehendak itu akan membawa kita memandang dari sudut yang kita mau.
      Berbicara mengenai filsafat dan cara berfilsafat yang baik dan benar tentu tidak bisa dipisahkan dari objek kajian filsafat. Objek kajian filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Rene Descrates berpendapat “Engkau ada disitu kalau engkau berfikir dan bertanya”.  Secara filsafat membuktikan mimpi dan kenyataan, jika dengan cara dicubit, di mimpi juga ada rasa sakit. Cara mebuktikannya adalah dengan cara memikirkannya dan aku sedang bertanya. Misal dalam suatu konferensi, Indonesia tidak bertanya, tidak mengemukakan gagasannya maka dalam konferensi itu Indonesia dianggap tidak ada. Dalam kajiannya, objek ada berarti bisa dilihat dan tidak bisa dilihat. Contohnya adalah arwah, apakah arwah ada? Ada, karena saya dapat menulis arwah, saya memikirkan arwah. Padahal kita tidak bisa melihat arwah. Apakah Tuhan ada? Setiap pagi mendengarkan Adzan, tidak Cuma dilihat/didengar tapi dilakukan padahal kita juga tidak bisa melihat Tuhan. Salah satu filsuf terkenal, Immanuel Kant membagi dua kriteria yaitu yang bisa kita lihat, kita pikirkan dengan panca indera (fenomena), yang tidak bisa dipikirkan dan dilihat dengan panca indera (noumena). Contoh noumena : Namun arwah itu tidak bisa dipanca indera. Ada (bisa dilihat), ada (tdk bisa dilihat). Tuhan itu ada, malaikan itu ada tapi tidak bisa dilihat.  Sedangkan contoh fenomena adalah ketika kita sedang belajar menulis menggunakan laptop, itu merupakan fenomena karena kita bisa merasakan, dan orang lain tahu apa yang kita lakukan.
     Berfilsafat itu menjelaskan, karena begitu pentingnya penjelasan. Tidak mungkin jika tidak menggunakan bahasa analog. Bahasa analog mampu mengkomunikasikan unsur-unsur dalam dimensi yang berbeda-beda. Misal kehidupan orang tua dan orang muda memiliki kehidupan yang berbeda namun dapat dikomunikasikan dengan bahasa analog. Kata2 cinta dapat menjadi analog atau bukan. Kalau mencinta umat manusia, kalau diarahkan kepada arah tertentu (satu titik) (bukan). Menggunakan bahasa analog karena kekurangan atau ketidaksempurnaan manusia di dunia ini. Sehingga ada penyakit bahasa, misal: bisa dapat diartikan dapat dan racun. Artinya bahasa itu sakit (punya kelemahan) dilihat dari sisi filsafat, karena satu kata bisa memiliki banyak makna. Banyak makna itu penting agar bisa mengkomunikasikan dimensi yang berbeda. Didaerah pusat kerajaan merupakan Struktur vertikal menggunakan bahasa analog, semakin jauh dari kerajaan bahasanya semakin datar. Dimana ada struktur kekuasaan pasti ada dimensinya. Misal di jogja memiliki nyanyian seorang ksatria membela negara, kalau cilacap nyanyiannya waru doyong, pacul goang (yang dilihat saja, tidak ada struktur hierarkis) strukuturnya horisontal. Sapi manak, wedus manak, bojoku manak. Paham tetntang dimensi ruang dan waktu, sopan dan santun tentang dimensi ruang dan waktu. Filsafat pendidikan matematika, harus sopan dan santun dalam bermatika, dengan mengetahui matematika itu apa. Misal anak kecil ketika akan memasukkan apapun ke mulut disebut “Emplok”, makan apapun jadi dibilang “Ngemplok sego, ngemplok iwak,dll”.  Orang yang bertata krama itu adalah orang yang berilmu, karena tata krama itu adalah ilmu. Contoh analogi yang lain misalnya “bekas rektor”, bekas itu bahasa dimensi rendah apabila naik tingkatan atau dimensinya “mantan rektor” . didalam karakter wayang, merah berarti berani, putih berarti suci, agama Islam identik dengan warna hijau (bahasa analog). Budaya berkembang karena bahasa analog, bahasa analog lebih tinggi dibandingkan bahasa kiasan. Misalnya orang jawa ketika hari raya membuat ketupat yang artinya “lepat” maknanya memohon ampun atas semua kesalahan. Suara adzan artinya istirahat dari bekerja dan segera sholat. Dalm filsafat misal “ada dua batu sedang bercinta” secara teknologi dapat disimulasikan menggunakan film dua pemuda sedang dimabuk asmara, mereka berdua menggunakan cincin dari batu dan keduanya sedang menari. Sehingga dengan menggunakan kamera dapat dishooting dua batu saja yang sedang menari-nari.
      Banyaknya suatu pembagian kriteria dan bermacam-macamnya paham adalah suatu bukti beragamnya cara berfikir dan berpandangan orang maupun kelompok orang. Salah satu pembagia kriteria yang kita kenal adalah metafisika. Aristoteles mengartikan metafisika sebagai “makna dibalik sesuatu”. Contohnya Jilbab secara harfiah adalah penutup mata, namun maknanya adalah kecantikan, spiritual, dll. Angka 4, fisiknya 4, namun metafisiknya adalah angka 4 lebih besar dari 4, 2, dan 1. Contoh lainnya adalah menyanyi islami secara harfiah adalah suatu hiburan namun maknanya adalah untuk berdakwah yaitu mengajak si pendengar mengikuti isi lagu yang dibawakan.



Rabu, 16 Januari 2013

Memperluas Wawasan Pendidikan di Tingkat Internasional Oleh : Eka Sulistyawati (09301244002)


      Sebagai makhluk hidup, kita tidak mungkin selamanya berada pada tempat yang sama, kedudukan yang sama, dan pada keadaan yang sama. Sesungguhnya setiap hal yang kita lakukan dalam kehidupan ini selalu menembus dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain kita selalu berada pada tempat, waktu, dan keadaan yang berbeda. Selain itu, manusia juga ingin selalu meningkatkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup dalam hal ini dapat diartikan dari berbagai macam dimensi, misalnya saja saya ingin memperluas kualitas hidup dalam hal ekonomi keluarga saya, maka dari itu saya perlu melakukan usaha-usaha ekonomi untuk dapat mencapai keinginan saya tersebut.
      Berbicara mengenai peningkatan kualitas, jika kita melihat dari segi pendidikan di Indonesia, nampaknya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat peru ditingkatkan. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan aspek-aspek yang ada di dalamnya mulai dari aspek kurikulum, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan, dll. Seperti yang pernah dikatakan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A semua itu sudah ada ahlinya, untuk itu sangat perlu bagi kita untuk belajar lebih dalam, dalam rangka meningkatkan wawasan pendidikan kita di kancah Internasional (belajar dari pendidikan di negara lain). Namun, bukan berarti apa yang diterapkan di negara yang kita kunjungi lalu kita terapkan dinegara kita. Sebaiknya berkunjung dan mempelajari pendidikan di negeri orang lebih kita jadikan sebagai “Kaca Benggala”, sarana kita untuk berkaca diri dan mempertimbangkan aspek-aspek pendidikan di negara lain dengan aspek pendidikan yang diterapkan di negara kita.
      Pada perkuliahan filsafat pendidikan matematika, Prof. Dr. Marsigit, M.A mengemukakan pengalaman beliau sewaktu berada di Australia. Di Australia, beliau mengamati beberapa aspek pembelajaran di Australia. Beberapa uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kegiatan perkuliahan yang dilaksanakan di Australia selalu bekerja sama dengan sekolah. Hal ini bertujuan untuk menggunakan sekolah sebagai tempat mempraktikkan teori yang mahasiswa dapatkan saat kuliah. Jadi perkuliahan di University of Melbourne dilaksanakan di kampus dan di sekolah (untuk beberapa kali). Misalnya saja, saya adalah mahasiswa pendidikan matematika di Universitas Negeri Yogyakarta, pada semeseter ini saya mengambil mata kuliah Aljabar dan Trigonometri, setelah saya memperoleh pengetahuan tentang aljabar dan trigonometri, saya mempraktikkan bagaimana mengajarkan aljabar dan trigonometri di sekolah. Misalnya sekolah yang diajak kerjasama oleh UNY adalah SMP Terang Bulan, maka saya mengaplikasikan ilmu saya dan ketrampilan mengajar yang saya miliki di SMP Terang Bulan.
      Menurut saya, apabila cara ini diterapkan di Universitas Negeri Yogyakarta (khususnya) dan universitas-universitas lain di Indonesia sangatlah efektif. Jadi seorang mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan, bisa berlatih mengajar tidak hanya pada saat KKN-PPL ataupun hanya pada saat micro teaching saja, sehingga mahasiswa “jebolan” jurusan pendidikan benar-benar mampu dan memiliki ketrampilan yang baik tentang cara mengajar, mendalami materi yang diajarkan, dan mengetahui cara menghadapi siswa.
2.      Fasilitas di perpustakaan di Sekolah Dasar yang terletak di Australia, sangat mendukung pembelajaran tematik yaitu dengan tersedianya buku-buku yang sudah dipilih dan dipilah sedemikian rupa menjadi beberapa tema dalam pembelajaran. Misalnya menggunakan tema whoof, the train ride. Selain itu, perpustakaan dimanfaatkan dengan baik untuk tempat diskusi siswa. Kelengkapan fasilitas perpustakaan sangat didukung dengan adanya petunjuk mencari buku dengan komputer, agar siswa mudah mencari buku yang diinginkan, selain itu siswa Sekolah Dasar juga sudah dibiasakan menggunakan alat teknologi (komputer). Lengkapnya fasilitas perpustakaan di Australia juga ditunjukkan melalui adanya parent resources yang berguna apabila ada orang tua siswa yang menyempatkan diri datang ke perpustakaan sekolah.  
Sangatlah mengangumkan apabila perubahan kurikulum Indonesia menjadi kurikulum 2013 yang di dalamnya menyangkut adanya pembelajaran tematik diiringi dengan kelengkapan sarana perpustakaan yang dapat dijadikan guru untuk melaksanakan pembelajaran secara tematik, dan juga sumber untuk siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
3.      Perpustakaan di Australia memberikan pembelajaran karakter yang sangat luar biasa kepada para pengunjungnya. Hal ini terlihat melalui beberapa tulisan-tulisan sebagai berikut:
a.       Pernahkah anda membaca pengarang-pengarang besar berikut?
Melalui tulisan ini, sejak kecil siswa sudah dikenalkan dengan situasi-situasi akademik yang agung, sehingga dalam pola pikir siswa ada suatu motivasi bagaimana suatu saat nanti jika mereka menjadi pengarang-pengarang besar yang karyanya dapat dinikmati oleh orang banya.
b.      Book of the year, Buku-buku yang penting untuk di baca, Book of the week. Melalui tulisan ini, budaya membaca siswa sudah ditanamkan sejak kecil. Dengan kebiasaan membaca, siswa menjadi tahu dan pengetahuannya semakin berkembang dari waktu ke waktu.
4.      Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah dasar, telah mempersiapkan bahan ajar (RPP dan LKS) yang akan. RPP yang dibuat berdasarkan jurnal pendidikan.
Melihat pada kenyataan saat ini, pembuatan bahan ajar biasanya berdasarkan pada buku pelajaran/ buku pegangan siswa, yang sesungguhnya buku-buku tersebut terkadang ada yang salah cetak, salah konsep, dll. Sehingga sumber yang digunakan dalam pembuatan bahan ajar belum dapat dipastikan keakuratan/kebenarannya. Belajar dari hal di atas, hendaknya para guru dan mahasiswa menggunakan sumber jurnal dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang akan digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran di sekolah.
5.      Ditemukan sesuatu hal yang menarik, yaitu Flowchart bintang.
Flowchart ini digunakan oleh guru untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas. Tujuan diberikan flowchart ini, untuk memotivasi siswa agar berlomba dan bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik di dalam kelompoknya yaitu dengan berpartisi aktif dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Di Indonesia, flowchart bintang sudah mulai digunakan. Hal ini saya katakan berdasarkan cerita teman saya, yang pada saat melaksanakan pembelajaran dalam Praktik Pengalaman Lapangan sudang menggunakan flowchart bintang ini. Tujuannya sama, yaitu mengetahui siapa siswa yang paling aktif dalam pembelajaran, dan memacu siswa untuk bersaing mendapatkan prestasi terbaik dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru.
6.      Pembelajaran di kelas
a.       Tematik
Pembelajaran tematik di Indonesia hanya dilaksanakan pada pembelajaran di Sekolah Dasar kelas rendah. Sedangkan pada kurikulum 2013, pembelajaran tematik akan dilaksanakan untuk semua tingkat sekolah yakni SD, SMP, dan SMA. Apabila pembelajaran tematik diterapkan di Indonesia, hal ini ibarat turun dari langit karena pada dasarnya guru-guru di lapangan tidak mengetahui apa itu pembelajaran tematik atau dikatakan guru tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran tematik.
Selain itu, secara formal pembelajaran tematik tidak di akui oleh pemerintah. Hal ini terlihat pada syarat guru mendapatkan sertifikasi yaitu guru mengajar minimal 24 jam/minggu. Misalnya Pak X mengajar 36 jam per minggu untuk mata pelajaran matematika. Apabila pembelajaran tematik diterapkan akan menjadi Pak X mengajar 36 jam/minggu tentang akuarium, kayu, pesawat, dll (Aneh bukan?). Misal mengajar matematika 3 jam, bahasa jawa 6 jam.
b.      Karya siswa dijadikan satu (portofolio). Misal: tentang pecahan, karya-karya siswa ditampilkan. Kumpulan karya masing-masing siswa.
Apabila penilaian guru dilaksanakan secara portofolio, hal ini sangat bermanfaat karena bertujuan agar semua hasil belajar siswa dapat terekam, terlihat, dan terakumulasi pada sebuah catatan yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali seperti apa bentuknya, dan mendapatkan nilai berapa.  
c.       Mahasiswa yang tidak bertindak sebagai guru model, mengisi lembar observasi atas pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang belajar menjadi model. Hasil observasi ini akan dibahas untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran, dan bagaimana cara meningkatkan di minggu depan. Siswa ikut menentukan tema pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru juga ikut mengobservasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada praktik mengajar, mahasiswa telah dilatih untuk melaksanakan lesson study. Kegiatan lesson study ini akan dilaksanakan mahasiswa calon guru, dalam dunia pendidikan sesungguhnya setelah mereka menjadi guru betulan. Secara tidak langsung, kegiatan ini memberikan arahan tentang tata cara melaksanakan lesson study, dan mengetahui manfaat dari lesson study tersebut. Dengan adanya lesson study seorang guru dapat menjadi seorang guru yang Sustainability yang artinya guru tidak bersifat mandeg. Tidak bersifat mandeg diartikan seorang guru selalu mengembangkan ilmu dan ketrampilannya melalui masukan dan saran dari orang lain (ahli).
d.      Setiap hal yang terjadi di dalam proses pembelajaran, dicatat untuk bahan pertimbangan pembelajaran selanjutnya.
Pencatatan ini berguna untuk menggapai guru yang dapat dipercaya. Seperti yang telah dituliskan Prof.Dr Marsigit, M.A dalam powermathematics.blogspot.com dalam karyanya yang berjudul “Menggapai Guru yang Akuntability”, seorang guru harus berani mempertanggungjawabkan apa yang ia ajarkan dan apa yang ia lakukan kepada muridnya di dalam kelas. Pertanggungjawaban ini dilakukan dalam berbagai hal, pertanggungjawaban dalam hal materi, dalam hal metode pembelajaran yang digunakan, cara memotivasi siswa, cara melaksanakan dan mengadakan kegiatan diskusi, cara menyusun bahan ajar, dll.
e.       Tata cara berdiskusi dituliskan.
Hal ini untuk melatih kebiasaan baik siswa dalam melaksanakan diskusi, melatih menghargai pendapat orang lain setuju atau tidak setuju tetapi dengan alasan yang santun (setuju atau tidak setuju itu dengan pendapatnya, bukan kepada orangnya), melatih berpikir kritis, menunjukkan cara sebelum mengemukakan pendapat. Sejak kecil, siswa telah dilatih untuk melaksanakan hal yang tersebut di atas, sehingga diharapkan hal ini akan tertanam sampai siswa besar, dewasa, dan tua nanti.
Banyak sekali fenomena yang terjadi di Indonesia, para petinggi negara rapat dengan saling adu pendapat secara “gontol-gontokan”, tidak mau kalah (merasa pendapatnya paling benar), bahkan sampai-sampai jika tidak setuju dengan pendapatnya, orangnya pun juga ikut dimusuhi. Sangat tidak sesuai apabila dikaitkan dengan penanaman karakter yang dilaksanakan di Australia di atas. Sebaiknya para petinggi negara memberikan contoh yang baik bagi para negaranya, tetapi tidak ada salahnya apabila tidak usah terlalu pusing melihat sumbang sih orang lain, tetapi mulailah dari diri kita masing-masing untuk menunjukkan diri mampu menjadi pribadi yang lebih baik daripada dahulu dan sekarang.
f.        Orang tua siswa diberi kelonggaran untuk membantu guru untuk mengajar (secara sukarela), tetapi kemampuannya dites dulu. Hal ini dilakukan, karena orang tua siswa banyak yang memiliki potensi untuk mengajarkan suatu materi kepada anak didiknya. Tidak sedikit dari mereka yang memiliki gelar S.Pd, Dr, Prof, bahkan yang tidak memiliki gelar tetapi memiliki potensipun bisa mengajarkan suatu hal kepada siswa.
g.       Setelah kegiatan pembelajaran selesai, ada refleksi yang dilakukan oleh guru, dosen, siswa, dan mahasiswa yang bersangkutan.