Rabu, 16 Januari 2013

Memperluas Wawasan Pendidikan di Tingkat Internasional Oleh : Eka Sulistyawati (09301244002)


      Sebagai makhluk hidup, kita tidak mungkin selamanya berada pada tempat yang sama, kedudukan yang sama, dan pada keadaan yang sama. Sesungguhnya setiap hal yang kita lakukan dalam kehidupan ini selalu menembus dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain kita selalu berada pada tempat, waktu, dan keadaan yang berbeda. Selain itu, manusia juga ingin selalu meningkatkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup dalam hal ini dapat diartikan dari berbagai macam dimensi, misalnya saja saya ingin memperluas kualitas hidup dalam hal ekonomi keluarga saya, maka dari itu saya perlu melakukan usaha-usaha ekonomi untuk dapat mencapai keinginan saya tersebut.
      Berbicara mengenai peningkatan kualitas, jika kita melihat dari segi pendidikan di Indonesia, nampaknya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat peru ditingkatkan. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan aspek-aspek yang ada di dalamnya mulai dari aspek kurikulum, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan, dll. Seperti yang pernah dikatakan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A semua itu sudah ada ahlinya, untuk itu sangat perlu bagi kita untuk belajar lebih dalam, dalam rangka meningkatkan wawasan pendidikan kita di kancah Internasional (belajar dari pendidikan di negara lain). Namun, bukan berarti apa yang diterapkan di negara yang kita kunjungi lalu kita terapkan dinegara kita. Sebaiknya berkunjung dan mempelajari pendidikan di negeri orang lebih kita jadikan sebagai “Kaca Benggala”, sarana kita untuk berkaca diri dan mempertimbangkan aspek-aspek pendidikan di negara lain dengan aspek pendidikan yang diterapkan di negara kita.
      Pada perkuliahan filsafat pendidikan matematika, Prof. Dr. Marsigit, M.A mengemukakan pengalaman beliau sewaktu berada di Australia. Di Australia, beliau mengamati beberapa aspek pembelajaran di Australia. Beberapa uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kegiatan perkuliahan yang dilaksanakan di Australia selalu bekerja sama dengan sekolah. Hal ini bertujuan untuk menggunakan sekolah sebagai tempat mempraktikkan teori yang mahasiswa dapatkan saat kuliah. Jadi perkuliahan di University of Melbourne dilaksanakan di kampus dan di sekolah (untuk beberapa kali). Misalnya saja, saya adalah mahasiswa pendidikan matematika di Universitas Negeri Yogyakarta, pada semeseter ini saya mengambil mata kuliah Aljabar dan Trigonometri, setelah saya memperoleh pengetahuan tentang aljabar dan trigonometri, saya mempraktikkan bagaimana mengajarkan aljabar dan trigonometri di sekolah. Misalnya sekolah yang diajak kerjasama oleh UNY adalah SMP Terang Bulan, maka saya mengaplikasikan ilmu saya dan ketrampilan mengajar yang saya miliki di SMP Terang Bulan.
      Menurut saya, apabila cara ini diterapkan di Universitas Negeri Yogyakarta (khususnya) dan universitas-universitas lain di Indonesia sangatlah efektif. Jadi seorang mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan, bisa berlatih mengajar tidak hanya pada saat KKN-PPL ataupun hanya pada saat micro teaching saja, sehingga mahasiswa “jebolan” jurusan pendidikan benar-benar mampu dan memiliki ketrampilan yang baik tentang cara mengajar, mendalami materi yang diajarkan, dan mengetahui cara menghadapi siswa.
2.      Fasilitas di perpustakaan di Sekolah Dasar yang terletak di Australia, sangat mendukung pembelajaran tematik yaitu dengan tersedianya buku-buku yang sudah dipilih dan dipilah sedemikian rupa menjadi beberapa tema dalam pembelajaran. Misalnya menggunakan tema whoof, the train ride. Selain itu, perpustakaan dimanfaatkan dengan baik untuk tempat diskusi siswa. Kelengkapan fasilitas perpustakaan sangat didukung dengan adanya petunjuk mencari buku dengan komputer, agar siswa mudah mencari buku yang diinginkan, selain itu siswa Sekolah Dasar juga sudah dibiasakan menggunakan alat teknologi (komputer). Lengkapnya fasilitas perpustakaan di Australia juga ditunjukkan melalui adanya parent resources yang berguna apabila ada orang tua siswa yang menyempatkan diri datang ke perpustakaan sekolah.  
Sangatlah mengangumkan apabila perubahan kurikulum Indonesia menjadi kurikulum 2013 yang di dalamnya menyangkut adanya pembelajaran tematik diiringi dengan kelengkapan sarana perpustakaan yang dapat dijadikan guru untuk melaksanakan pembelajaran secara tematik, dan juga sumber untuk siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik.
3.      Perpustakaan di Australia memberikan pembelajaran karakter yang sangat luar biasa kepada para pengunjungnya. Hal ini terlihat melalui beberapa tulisan-tulisan sebagai berikut:
a.       Pernahkah anda membaca pengarang-pengarang besar berikut?
Melalui tulisan ini, sejak kecil siswa sudah dikenalkan dengan situasi-situasi akademik yang agung, sehingga dalam pola pikir siswa ada suatu motivasi bagaimana suatu saat nanti jika mereka menjadi pengarang-pengarang besar yang karyanya dapat dinikmati oleh orang banya.
b.      Book of the year, Buku-buku yang penting untuk di baca, Book of the week. Melalui tulisan ini, budaya membaca siswa sudah ditanamkan sejak kecil. Dengan kebiasaan membaca, siswa menjadi tahu dan pengetahuannya semakin berkembang dari waktu ke waktu.
4.      Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah dasar, telah mempersiapkan bahan ajar (RPP dan LKS) yang akan. RPP yang dibuat berdasarkan jurnal pendidikan.
Melihat pada kenyataan saat ini, pembuatan bahan ajar biasanya berdasarkan pada buku pelajaran/ buku pegangan siswa, yang sesungguhnya buku-buku tersebut terkadang ada yang salah cetak, salah konsep, dll. Sehingga sumber yang digunakan dalam pembuatan bahan ajar belum dapat dipastikan keakuratan/kebenarannya. Belajar dari hal di atas, hendaknya para guru dan mahasiswa menggunakan sumber jurnal dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang akan digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran di sekolah.
5.      Ditemukan sesuatu hal yang menarik, yaitu Flowchart bintang.
Flowchart ini digunakan oleh guru untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas. Tujuan diberikan flowchart ini, untuk memotivasi siswa agar berlomba dan bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik di dalam kelompoknya yaitu dengan berpartisi aktif dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Di Indonesia, flowchart bintang sudah mulai digunakan. Hal ini saya katakan berdasarkan cerita teman saya, yang pada saat melaksanakan pembelajaran dalam Praktik Pengalaman Lapangan sudang menggunakan flowchart bintang ini. Tujuannya sama, yaitu mengetahui siapa siswa yang paling aktif dalam pembelajaran, dan memacu siswa untuk bersaing mendapatkan prestasi terbaik dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru.
6.      Pembelajaran di kelas
a.       Tematik
Pembelajaran tematik di Indonesia hanya dilaksanakan pada pembelajaran di Sekolah Dasar kelas rendah. Sedangkan pada kurikulum 2013, pembelajaran tematik akan dilaksanakan untuk semua tingkat sekolah yakni SD, SMP, dan SMA. Apabila pembelajaran tematik diterapkan di Indonesia, hal ini ibarat turun dari langit karena pada dasarnya guru-guru di lapangan tidak mengetahui apa itu pembelajaran tematik atau dikatakan guru tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran tematik.
Selain itu, secara formal pembelajaran tematik tidak di akui oleh pemerintah. Hal ini terlihat pada syarat guru mendapatkan sertifikasi yaitu guru mengajar minimal 24 jam/minggu. Misalnya Pak X mengajar 36 jam per minggu untuk mata pelajaran matematika. Apabila pembelajaran tematik diterapkan akan menjadi Pak X mengajar 36 jam/minggu tentang akuarium, kayu, pesawat, dll (Aneh bukan?). Misal mengajar matematika 3 jam, bahasa jawa 6 jam.
b.      Karya siswa dijadikan satu (portofolio). Misal: tentang pecahan, karya-karya siswa ditampilkan. Kumpulan karya masing-masing siswa.
Apabila penilaian guru dilaksanakan secara portofolio, hal ini sangat bermanfaat karena bertujuan agar semua hasil belajar siswa dapat terekam, terlihat, dan terakumulasi pada sebuah catatan yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali seperti apa bentuknya, dan mendapatkan nilai berapa.  
c.       Mahasiswa yang tidak bertindak sebagai guru model, mengisi lembar observasi atas pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang belajar menjadi model. Hasil observasi ini akan dibahas untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran, dan bagaimana cara meningkatkan di minggu depan. Siswa ikut menentukan tema pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru juga ikut mengobservasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada praktik mengajar, mahasiswa telah dilatih untuk melaksanakan lesson study. Kegiatan lesson study ini akan dilaksanakan mahasiswa calon guru, dalam dunia pendidikan sesungguhnya setelah mereka menjadi guru betulan. Secara tidak langsung, kegiatan ini memberikan arahan tentang tata cara melaksanakan lesson study, dan mengetahui manfaat dari lesson study tersebut. Dengan adanya lesson study seorang guru dapat menjadi seorang guru yang Sustainability yang artinya guru tidak bersifat mandeg. Tidak bersifat mandeg diartikan seorang guru selalu mengembangkan ilmu dan ketrampilannya melalui masukan dan saran dari orang lain (ahli).
d.      Setiap hal yang terjadi di dalam proses pembelajaran, dicatat untuk bahan pertimbangan pembelajaran selanjutnya.
Pencatatan ini berguna untuk menggapai guru yang dapat dipercaya. Seperti yang telah dituliskan Prof.Dr Marsigit, M.A dalam powermathematics.blogspot.com dalam karyanya yang berjudul “Menggapai Guru yang Akuntability”, seorang guru harus berani mempertanggungjawabkan apa yang ia ajarkan dan apa yang ia lakukan kepada muridnya di dalam kelas. Pertanggungjawaban ini dilakukan dalam berbagai hal, pertanggungjawaban dalam hal materi, dalam hal metode pembelajaran yang digunakan, cara memotivasi siswa, cara melaksanakan dan mengadakan kegiatan diskusi, cara menyusun bahan ajar, dll.
e.       Tata cara berdiskusi dituliskan.
Hal ini untuk melatih kebiasaan baik siswa dalam melaksanakan diskusi, melatih menghargai pendapat orang lain setuju atau tidak setuju tetapi dengan alasan yang santun (setuju atau tidak setuju itu dengan pendapatnya, bukan kepada orangnya), melatih berpikir kritis, menunjukkan cara sebelum mengemukakan pendapat. Sejak kecil, siswa telah dilatih untuk melaksanakan hal yang tersebut di atas, sehingga diharapkan hal ini akan tertanam sampai siswa besar, dewasa, dan tua nanti.
Banyak sekali fenomena yang terjadi di Indonesia, para petinggi negara rapat dengan saling adu pendapat secara “gontol-gontokan”, tidak mau kalah (merasa pendapatnya paling benar), bahkan sampai-sampai jika tidak setuju dengan pendapatnya, orangnya pun juga ikut dimusuhi. Sangat tidak sesuai apabila dikaitkan dengan penanaman karakter yang dilaksanakan di Australia di atas. Sebaiknya para petinggi negara memberikan contoh yang baik bagi para negaranya, tetapi tidak ada salahnya apabila tidak usah terlalu pusing melihat sumbang sih orang lain, tetapi mulailah dari diri kita masing-masing untuk menunjukkan diri mampu menjadi pribadi yang lebih baik daripada dahulu dan sekarang.
f.        Orang tua siswa diberi kelonggaran untuk membantu guru untuk mengajar (secara sukarela), tetapi kemampuannya dites dulu. Hal ini dilakukan, karena orang tua siswa banyak yang memiliki potensi untuk mengajarkan suatu materi kepada anak didiknya. Tidak sedikit dari mereka yang memiliki gelar S.Pd, Dr, Prof, bahkan yang tidak memiliki gelar tetapi memiliki potensipun bisa mengajarkan suatu hal kepada siswa.
g.       Setelah kegiatan pembelajaran selesai, ada refleksi yang dilakukan oleh guru, dosen, siswa, dan mahasiswa yang bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar