Sebagai makhluk hidup, kita tidak mungkin
selamanya berada pada tempat yang sama, kedudukan yang sama, dan pada keadaan
yang sama. Sesungguhnya setiap hal yang kita lakukan dalam kehidupan ini selalu
menembus dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain kita selalu berada pada
tempat, waktu, dan keadaan yang berbeda. Selain itu, manusia juga ingin selalu
meningkatkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup dalam hal ini dapat diartikan
dari berbagai macam dimensi, misalnya saja saya ingin memperluas kualitas hidup
dalam hal ekonomi keluarga saya, maka dari itu saya perlu melakukan usaha-usaha
ekonomi untuk dapat mencapai keinginan saya tersebut.
Berbicara mengenai peningkatan kualitas,
jika kita melihat dari segi pendidikan di Indonesia, nampaknya kualitas
pendidikan di Indonesia masih sangat peru ditingkatkan. Usaha-usaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan aspek-aspek yang
ada di dalamnya mulai dari aspek kurikulum, guru, siswa, sarana dan prasarana
pendidikan, dll. Seperti yang pernah dikatakan oleh bapak Prof. Dr. Marsigit,
M.A semua itu sudah ada ahlinya, untuk itu sangat perlu bagi kita untuk belajar
lebih dalam, dalam rangka meningkatkan wawasan pendidikan kita di kancah
Internasional (belajar dari pendidikan di negara lain). Namun, bukan berarti
apa yang diterapkan di negara yang kita kunjungi lalu kita terapkan dinegara
kita. Sebaiknya berkunjung dan mempelajari pendidikan di negeri orang lebih
kita jadikan sebagai “Kaca Benggala”, sarana kita untuk berkaca diri dan mempertimbangkan
aspek-aspek pendidikan di negara lain dengan aspek pendidikan yang diterapkan
di negara kita.
Pada perkuliahan filsafat pendidikan
matematika, Prof. Dr. Marsigit, M.A mengemukakan pengalaman beliau sewaktu
berada di Australia. Di Australia, beliau mengamati beberapa aspek pembelajaran
di Australia. Beberapa uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan
perkuliahan yang dilaksanakan di Australia selalu bekerja sama dengan sekolah.
Hal ini bertujuan untuk menggunakan sekolah sebagai tempat mempraktikkan teori
yang mahasiswa dapatkan saat kuliah. Jadi perkuliahan di University of
Melbourne dilaksanakan di kampus dan di sekolah (untuk beberapa kali). Misalnya
saja, saya adalah mahasiswa pendidikan matematika di Universitas Negeri Yogyakarta,
pada semeseter ini saya mengambil mata kuliah Aljabar dan Trigonometri, setelah
saya memperoleh pengetahuan tentang aljabar dan trigonometri, saya
mempraktikkan bagaimana mengajarkan aljabar dan trigonometri di sekolah.
Misalnya sekolah yang diajak kerjasama oleh UNY adalah SMP Terang Bulan, maka
saya mengaplikasikan ilmu saya dan ketrampilan mengajar yang saya miliki di SMP
Terang Bulan.
Menurut saya, apabila cara ini diterapkan
di Universitas Negeri Yogyakarta (khususnya) dan universitas-universitas lain
di Indonesia sangatlah efektif. Jadi seorang mahasiswa yang mengambil jurusan
pendidikan, bisa berlatih mengajar tidak hanya pada saat KKN-PPL ataupun hanya
pada saat micro teaching saja,
sehingga mahasiswa “jebolan” jurusan pendidikan benar-benar mampu dan memiliki
ketrampilan yang baik tentang cara mengajar, mendalami materi yang diajarkan,
dan mengetahui cara menghadapi siswa.
2. Fasilitas di
perpustakaan di Sekolah Dasar yang terletak di Australia, sangat mendukung
pembelajaran tematik yaitu dengan tersedianya buku-buku yang sudah dipilih dan
dipilah sedemikian rupa menjadi beberapa tema dalam pembelajaran. Misalnya
menggunakan tema whoof, the train ride. Selain itu, perpustakaan dimanfaatkan
dengan baik untuk tempat diskusi siswa. Kelengkapan fasilitas perpustakaan
sangat didukung dengan adanya petunjuk mencari buku dengan komputer, agar siswa
mudah mencari buku yang diinginkan, selain itu siswa Sekolah Dasar juga sudah
dibiasakan menggunakan alat teknologi (komputer). Lengkapnya fasilitas
perpustakaan di Australia juga ditunjukkan melalui adanya parent resources yang
berguna apabila ada orang tua siswa yang menyempatkan diri datang ke
perpustakaan sekolah.
Sangatlah
mengangumkan apabila perubahan kurikulum Indonesia menjadi kurikulum 2013 yang
di dalamnya menyangkut adanya pembelajaran tematik diiringi dengan kelengkapan
sarana perpustakaan yang dapat dijadikan guru untuk melaksanakan pembelajaran
secara tematik, dan juga sumber untuk siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik.
3. Perpustakaan
di Australia memberikan pembelajaran karakter yang sangat luar biasa kepada
para pengunjungnya. Hal ini terlihat melalui beberapa tulisan-tulisan sebagai
berikut:
a. Pernahkah
anda membaca pengarang-pengarang besar berikut?
Melalui tulisan ini, sejak kecil siswa sudah
dikenalkan dengan situasi-situasi akademik yang agung, sehingga dalam pola
pikir siswa ada suatu motivasi bagaimana suatu saat nanti jika mereka menjadi
pengarang-pengarang besar yang karyanya dapat dinikmati oleh orang banya.
b. Book of the
year, Buku-buku yang penting untuk di baca, Book of the week. Melalui tulisan
ini, budaya membaca siswa sudah ditanamkan sejak kecil. Dengan kebiasaan
membaca, siswa menjadi tahu dan pengetahuannya semakin berkembang dari waktu ke
waktu.
4. Mahasiswa
yang akan melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah dasar, telah
mempersiapkan bahan ajar (RPP dan LKS) yang akan. RPP yang dibuat berdasarkan
jurnal pendidikan.
Melihat pada
kenyataan saat ini, pembuatan bahan ajar biasanya berdasarkan pada buku
pelajaran/ buku pegangan siswa, yang sesungguhnya buku-buku tersebut terkadang
ada yang salah cetak, salah konsep, dll. Sehingga sumber yang digunakan dalam
pembuatan bahan ajar belum dapat dipastikan keakuratan/kebenarannya. Belajar
dari hal di atas, hendaknya para guru dan mahasiswa menggunakan sumber jurnal
dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang akan digunakan untuk proses
kegiatan pembelajaran di sekolah.
5. Ditemukan
sesuatu hal yang menarik, yaitu Flowchart bintang.
Flowchart
ini digunakan oleh guru untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang terlibat
aktif dalam pembelajaran di kelas. Tujuan diberikan flowchart ini, untuk
memotivasi siswa agar berlomba dan bersaing secara sehat untuk menjadi yang
terbaik di dalam kelompoknya yaitu dengan berpartisi aktif dalam setiap
pembelajaran yang dilaksanakan guru.
Di
Indonesia, flowchart bintang sudah mulai digunakan. Hal ini saya katakan
berdasarkan cerita teman saya, yang pada saat melaksanakan pembelajaran dalam
Praktik Pengalaman Lapangan sudang menggunakan flowchart bintang ini. Tujuannya
sama, yaitu mengetahui siapa siswa yang paling aktif dalam pembelajaran, dan
memacu siswa untuk bersaing mendapatkan prestasi terbaik dalam setiap
pembelajaran yang dilaksanakan guru.
6. Pembelajaran
di kelas
a. Tematik
Pembelajaran tematik di Indonesia hanya
dilaksanakan pada pembelajaran di Sekolah Dasar kelas rendah. Sedangkan pada
kurikulum 2013, pembelajaran tematik akan dilaksanakan untuk semua tingkat
sekolah yakni SD, SMP, dan SMA. Apabila pembelajaran tematik diterapkan di
Indonesia, hal ini ibarat turun dari langit karena pada dasarnya guru-guru di
lapangan tidak mengetahui apa itu pembelajaran tematik atau dikatakan guru tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran tematik.
Selain itu, secara formal pembelajaran
tematik tidak di akui oleh pemerintah. Hal ini terlihat pada syarat guru
mendapatkan sertifikasi yaitu guru mengajar minimal 24 jam/minggu. Misalnya Pak
X mengajar 36 jam per minggu untuk mata pelajaran matematika. Apabila
pembelajaran tematik diterapkan akan menjadi Pak X mengajar 36 jam/minggu tentang
akuarium, kayu, pesawat, dll (Aneh bukan?). Misal mengajar matematika 3 jam,
bahasa jawa 6 jam.
b. Karya siswa
dijadikan satu (portofolio). Misal: tentang pecahan, karya-karya siswa
ditampilkan. Kumpulan karya masing-masing siswa.
Apabila penilaian guru dilaksanakan secara
portofolio, hal ini sangat bermanfaat karena bertujuan agar semua hasil belajar
siswa dapat terekam, terlihat, dan terakumulasi pada sebuah catatan yang
sewaktu-waktu dapat dilihat kembali seperti apa bentuknya, dan mendapatkan
nilai berapa.
c. Mahasiswa
yang tidak bertindak sebagai guru model, mengisi lembar observasi atas
pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang belajar menjadi model.
Hasil observasi ini akan dibahas untuk mengetahui kekurangan dalam
pembelajaran, dan bagaimana cara meningkatkan di minggu depan. Siswa ikut
menentukan tema pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru
juga ikut mengobservasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada praktik mengajar, mahasiswa telah
dilatih untuk melaksanakan lesson study.
Kegiatan lesson study ini akan
dilaksanakan mahasiswa calon guru, dalam dunia pendidikan sesungguhnya setelah
mereka menjadi guru betulan. Secara tidak langsung, kegiatan ini memberikan
arahan tentang tata cara melaksanakan lesson
study, dan mengetahui manfaat dari lesson
study tersebut. Dengan adanya lesson
study seorang guru dapat menjadi seorang guru yang Sustainability yang
artinya guru tidak bersifat mandeg. Tidak bersifat mandeg diartikan seorang
guru selalu mengembangkan ilmu dan ketrampilannya melalui masukan dan saran dari
orang lain (ahli).
d. Setiap hal
yang terjadi di dalam proses pembelajaran, dicatat untuk bahan pertimbangan
pembelajaran selanjutnya.
Pencatatan ini berguna untuk menggapai guru
yang dapat dipercaya. Seperti yang telah dituliskan Prof.Dr Marsigit, M.A dalam
powermathematics.blogspot.com dalam karyanya yang berjudul “Menggapai Guru yang
Akuntability”, seorang guru harus berani mempertanggungjawabkan apa yang ia
ajarkan dan apa yang ia lakukan kepada muridnya di dalam kelas.
Pertanggungjawaban ini dilakukan dalam berbagai hal, pertanggungjawaban dalam
hal materi, dalam hal metode pembelajaran yang digunakan, cara memotivasi
siswa, cara melaksanakan dan mengadakan kegiatan diskusi, cara menyusun bahan
ajar, dll.
e. Tata cara
berdiskusi dituliskan.
Hal ini untuk melatih kebiasaan baik siswa
dalam melaksanakan diskusi, melatih menghargai pendapat orang lain setuju atau
tidak setuju tetapi dengan alasan yang santun (setuju atau tidak setuju itu
dengan pendapatnya, bukan kepada orangnya), melatih berpikir kritis, menunjukkan
cara sebelum mengemukakan pendapat. Sejak kecil, siswa telah dilatih untuk
melaksanakan hal yang tersebut di atas, sehingga diharapkan hal ini akan
tertanam sampai siswa besar, dewasa, dan tua nanti.
Banyak sekali fenomena yang terjadi di
Indonesia, para petinggi negara rapat dengan saling adu pendapat secara
“gontol-gontokan”, tidak mau kalah (merasa pendapatnya paling benar), bahkan
sampai-sampai jika tidak setuju dengan pendapatnya, orangnya pun juga ikut
dimusuhi. Sangat tidak sesuai apabila dikaitkan dengan penanaman karakter yang
dilaksanakan di Australia di atas. Sebaiknya para petinggi negara memberikan
contoh yang baik bagi para negaranya, tetapi tidak ada salahnya apabila tidak
usah terlalu pusing melihat sumbang sih orang lain, tetapi mulailah dari diri
kita masing-masing untuk menunjukkan diri mampu menjadi pribadi yang lebih baik
daripada dahulu dan sekarang.
f.
Orang tua siswa diberi kelonggaran untuk
membantu guru untuk mengajar (secara sukarela), tetapi kemampuannya dites dulu.
Hal ini dilakukan, karena orang tua siswa banyak yang memiliki potensi untuk
mengajarkan suatu materi kepada anak didiknya. Tidak sedikit dari mereka yang
memiliki gelar S.Pd, Dr, Prof, bahkan yang tidak memiliki gelar tetapi memiliki
potensipun bisa mengajarkan suatu hal kepada siswa.
g. Setelah
kegiatan pembelajaran selesai, ada refleksi yang dilakukan oleh guru, dosen,
siswa, dan mahasiswa yang bersangkutan.