Seorang yang hebat bukan seseorang yang
memiliki tubuh kekar, juru pukul, bodyguard, dll tetapi seseorang yang hebat
adalah seseorang yang bisa menembus ruang dan waktu. Tuhan menciptakan manusia
dengan dimensi yang lengkap yaitu dimensi material, dimensi formal, dimensi
normatif, dan dimensi spiritual, penjelasan mengenai dimensi-dimensi tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Dimensi material
Contoh
terjun dari pesawat dengan parasut hal ini dapat dikatakan menembus udara.
b.
Dimensi formal
Contohnya
dokumen SK Profesor, kenaikan pangkat, pengangkatan jabatan, Ijazah (Surat
Keterangan Kelulusan), dll.
c.
Dimensi normatif
Contohnya
pikiranku menembus ruang. Misalnya kita berpikir sedang berada di Melbourne,
padahal badan kita sedang tidak berada di Melbourne, tetapi pikiran kita sudah
sampai di Melbourne.
d.
Dimensi spiritual
Contohnya
kekuatan, dan kecepatan doa sangatlah tinggi.
Secara aksiomatis ruang adalah sesuatu
yang memiliki dimensi (misal ruang dimensi dua, dimensi tiga, ruang sampel,
ruang vektor, dll). Ruang dalam filsafat dalam wujud normatif, misalnya menembus
dikenalnya dirimu di kampungmu, tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, dan tidak
bisa dibandingkan dengan orang lain.
Untuk bisa memahami ruang kita
menggunakan, sebaliknya untuk memahami waktu kita menggunakan ruang. Misalnya
jam (ruang) menunjukkan waktu, jika kita melihat luar kita bisa mengerti ini
siang atau malam, dll.
Berikut
ini ada metodologi untuk menembus ruang dan waktu :
1.
Pemahaman kita
tentang fenomenologi
Tokoh
Husserr, ada dua macam yaitu idealisasi (menganggap sempurna sifat yang ada)
dan abstraksi (kodrat, reduksi). Maka supaya bisa menembus ruang dan waktu
harus bisa melakukan idealisasi dan abstraksi. Manusia tidak bisa terbebas dari
idelisasi dan abtraksi. Contoh reduksi, kita hanya bisa melihat apa yang ada di
depan kepalamu, di belakang kepala tidak bisa kita lihat, maka kepala dapat
digerak-gerakkan sesuai kehendak kita. Kehendak itu akan membawa kita memandang
dari sudut yang kita mau.
2.
Pemahaman tentang
fondationalisme dan antifondationalism (intuisi)
a. Fondationalisme
Jika kita membaca buku,
bagaimana kita bisa mempercayai yang tertulis di buku itu. Kita membutuhkan
penjelasan bahwa penulisnya kompeten dan mereka sangat ahli. Bagaimana kita
bisa tahu mereka sangat ahli? Kita dapat mengatakan bahwa kita mengenal salah satu
dari penulis buku itu dan dapat dipercaya. Mengapa dapat dipercaya? Kita bisa
menjawab dari perilaku kesehariannya. Jika tidak diSTOP pertanyaan mengenai hal
ini tidak akan ada habisnya.Fondasionalisme adalah teori pembenaran yang
menyatakan bahwa suatu klaim kebenaran pengetahuan untuk dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional perlu didasarkan atas suatu fondasi atau
basis yang kokoh, yang jelas dengan sendirinya, tak dapat diragukan lagi
kebenarannya, dan tak memerlukan koreksi lebih lanjut. Para penganut teori ini
membedakan antara dua kepercayaan dalam pembenaran. Yaitu kepercayaan dasar dan
kepercayaan simpulan.
·
Kepercayaan Dasar
Kepercayaan dasar
adalah kepercayaan yang sudah jelas dengan sendirinya, sehingga dapat digunakan
sebagai fondasi bagi kepercayaan-kepercayaan lain yang bersifat simpulan.
·
Kepercayaan Simpulan
Kepercayaan simpulan
adalah kepercayaan yang disimpulkan dari satu atau lebih kepercayaan dasar.
b. Intuisionisme
(Anti Fondationalisme)
Kapan kita bisa
membedakan besar dan kecil, jika kita tidak bisa mengatakan kapan, kita
termasuk golongan intuisinisme, tidak memakai permulaan. Begitu pula dengan
kapan kita bisa membedakan laki-laki dan perempuan. Maka banyak sekali hal-hal
yang kita tidak tahu kapan dimulainya, itulah yang disebut dengan
intuisionisme. Apakah kita mengerti angka 2 setelah mengerti angka 1? Apakah
setelah belajar di perguruan tinggi? Apakah mengerti setelah didefinisikan?
Jawabannya TIDAK. Pemahaman kita tentang 2 itulah yang disebut intuisi, karena
sejak kecil kita telah dibiasakan dengan “mata saya dua, kaki saya dua, telinga
saya dua, dll”.
Berbicara tentang menembus ruang dan waktu, terbersit dalam pikiran saya
adalah mengejar cita-cita, berusaha mendapatkan apa yang ingin kita dapatkan,
apa yang ingin kita lakukan, dan apa yang ingin kita peroleh. Untuk itu tidak
kita pungkiri lagi sebagai makhluk yang memiliki hasrat, pasti manusia memiliki
tujuan hidup (keinginan) untuk masa depannya. Namun tidaklah mudah untuk
melakukan semua itu, perlu suatu strategi-strategi khusu untuk mencapainya.
Selain strategi khusus, banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketercapaian apa
yang kita citakan, diantaranya adalah :
a.
Faktor Internal
Faktor internal adalah dorongan dalam
diri yang berupa minat, bakat, sehingga dapat meimilih bidang apa yang akan
dikembangkan untuk mencapai kesuksesan. Contohnya keinginan untuk menjadi
seorang profesor pendidikan matematika, keinginan ini harus disesuaikan juga
dengan bidang pendidikan yang kita tempuh, dan keahlian yang kita miliki.
b.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal adalah dorongan dari luar (lingkungan). Misalnya dorongan dari orang
tua, teman sejawat, saudara, dll. Maka tidaklah salah bagi orang Jawa yang
mengatakan “Ojo Cedhak Kebo Gupak”, yang artinya kita harus selektif dalam
memilih teman, yaitu teman yang bisa memberikan dorongan kepada kita untuk
mencapai apa yang kita cita-citakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar