Artikel ini dibuat berdasarkan hal-hal yang
disampaikan pada mata kuliah filsafat pada hari Kamis, 20 September 2012.
Kuliah filsafat pada hari itu adalah sebuah fakta, karena memang benar bahwa
saya mengikutinya, mendalaminya, ikut terlibat di dalamnya, dan saya sebagai
pelaku dalam kejadian itu. Lalu yang seperti apakah yang disebut cita-cita?
Sebelum saya menulis artikel ini, artikel
ini adalah sebuah cita-cita, artikel ini masih berada di angan-angan saya,
belum dalam kejadian yang benar-benar terjadi. Tetapi tahukan, setelah saya
menuliskan huruf “F” untuk mengawali
tulisan ini, bukan lagi dapat kita sebut sebagai cita-cita, melainkan sebuah
fakta yang belum sepenuhnya menjadi fakta. Ketika saya menuliskan huruf “FA” artikel ini adalah sebuah fakta
yang tingkatannya lebih tinggi dibanding ketika saya menuliskan “F” saja. Dan ketika saya menulikan “FAK” artikel ini tetap menjadi fakta
yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan saat saya menuliskan “F” dan “FA” begitu seterusnya, hingga saya mengakhiri artikel ini dengan
menuliskan “.” Artikel ini tetap menjadi fakta.
Dari contoh di atas, sangat mudah kita
artikan seperti apa kejadian-kejadian yang termasuk cita-cita dan seperti apa
kejadian yang termasuk fakta. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita
serigkali tak mampu memilah-milah keadaan atau kejadian mana yang merupakan
fakta dan keadaan yang sebenarnya hanya berlangsung dalam khayalan atau
imajinasi daya pikir kita atau yang seringkali kita sebut sebagai cita-cita.
Berdasarkan materi perkuliahan filsafat minggu lalu, Bapak Marsigit
menyampaikan metode hidup dibagi menjadi dua yaitu fakta dan potensi. Lalu
apakah potensi dan cita-cita merupakan suatu hal yang sama?
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, potensi adalah kemampuan yang
memungkinkan dapat dikembangkan, kesanggupan untuk berbuat atau melakukan
sesuatu, daya, sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan (menguntungkan),
sedangkan cita-cita adalah keinginan, angan-angan, kehendak yang selaluada
dalam pikiran, tujuan yang sempurna akan dicapai atau dilaksanakan. Berdasarkan
pengertian potensi dan cita-cita di atas, apakah anda apakah potensi termasuk
cita-cita? Apakah potensi merupakan himpunan bagian dari cita-cita?
Menurut saya “YA”, mari belajar dari contoh “Sejak
kecil Ibnu pandai bermain gitar” ini merupakan suatu potensi. Setiap orang
yang memiliki potensi, (kemampuan yang memungkinkan dapat dikembangkan). Dari
kata-kata memungkinkan dapat dikembangkan, berarti sesorang yang memiliki
potensi memiliki “keinginan, angan-angan, kehendak yang ada dalam pikiran”. Hal
ini sesuai dengan definisi cita-cita. “Ibnu
ingin menjadi seorang komposer lagu” ini merupakan cita-cita. Sama halnya
bila “Ibnu tidak ingin mengembangkan
kepandaiannya bermain gitar karena ibunya tidak menyukai bakatnya ini”,
inipun juga merupakan suatu cita-cita. Jadi, setiap ada potensi pasti ada
cita-cita, entah itu cita-cita untuk mengembangkan dan mempertahankan, atau
cita-cita untuk menghilangkan dan melupakan.
Tetapi lain halnya jika saya memiliki
cita-cita menjadi seorang penulis, tetapi saya tidak memiliki keahlian dalam
berkata-kata, merangkai bait-bait kata, dan berimajinasi tentang apa yang saya
tulis, inilah yang disebut cita-cita ada tapi potensi tidak ada. Jadi belum
tentu yang memiliki cita-cita juga memiliki potensi.
|
Dihubungkan
dengan apa yang sedang kita pelajari sekarang, yaitu filsafat. Berdasarkan
salah satu sumber dari internet yang saya ambil, filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Berdasarkan kalimat yang saya “tebalkan” apakah
filsafat adalah suatu cita-cita? Jika iya, mengapa? Mohon penjelasan dari bapak,
terima kasih.
2020 escape titanium - The Techno Darts - iTanium Art
BalasHapusThis game is a unique 3D titanium dioxide sunscreen game for titanium dive knife you to play in 3D. As titanium framing hammer the name implies, the game mokume gane titanium involves playing the characters and using titanium piercings the