Rabu, 16 Januari 2013

MENEMBUS RUANG DAN WAKTU Oleh : Eka Sulistyawati (09301244002)


      Seorang yang hebat bukan seseorang yang memiliki tubuh kekar, juru pukul, bodyguard, dll tetapi seseorang yang hebat adalah seseorang yang bisa menembus ruang dan waktu. Tuhan menciptakan manusia dengan dimensi yang lengkap yaitu dimensi material, dimensi formal, dimensi normatif, dan dimensi spiritual, penjelasan mengenai dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Dimensi material
Contoh terjun dari pesawat dengan parasut hal ini dapat dikatakan menembus udara.
b.      Dimensi formal
Contohnya dokumen SK Profesor, kenaikan pangkat, pengangkatan jabatan, Ijazah (Surat Keterangan Kelulusan), dll.
c.       Dimensi normatif
Contohnya pikiranku menembus ruang. Misalnya kita berpikir sedang berada di Melbourne, padahal badan kita sedang tidak berada di Melbourne, tetapi pikiran kita sudah sampai di Melbourne.
d.      Dimensi spiritual
Contohnya kekuatan, dan kecepatan doa sangatlah tinggi.
      Secara aksiomatis ruang adalah sesuatu yang memiliki dimensi (misal ruang dimensi dua, dimensi tiga, ruang sampel, ruang vektor, dll). Ruang dalam filsafat dalam wujud normatif, misalnya menembus dikenalnya dirimu di kampungmu, tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, dan tidak bisa dibandingkan dengan orang lain.
      Untuk bisa memahami ruang kita menggunakan, sebaliknya untuk memahami waktu kita menggunakan ruang. Misalnya jam (ruang) menunjukkan waktu, jika kita melihat luar kita bisa mengerti ini siang atau malam, dll.
Berikut ini ada metodologi untuk menembus ruang dan waktu :
1.      Pemahaman kita tentang fenomenologi
Tokoh Husserr, ada dua macam yaitu idealisasi (menganggap sempurna sifat yang ada) dan abstraksi (kodrat, reduksi). Maka supaya bisa menembus ruang dan waktu harus bisa melakukan idealisasi dan abstraksi. Manusia tidak bisa terbebas dari idelisasi dan abtraksi. Contoh reduksi, kita hanya bisa melihat apa yang ada di depan kepalamu, di belakang kepala tidak bisa kita lihat, maka kepala dapat digerak-gerakkan sesuai kehendak kita. Kehendak itu akan membawa kita memandang dari sudut yang kita mau.
2.      Pemahaman tentang fondationalisme dan antifondationalism (intuisi)
a.       Fondationalisme
Jika kita membaca buku, bagaimana kita bisa mempercayai yang tertulis di buku itu. Kita membutuhkan penjelasan bahwa penulisnya kompeten dan mereka sangat ahli. Bagaimana kita bisa tahu mereka sangat ahli? Kita dapat mengatakan bahwa kita mengenal salah satu dari penulis buku itu dan dapat dipercaya. Mengapa dapat dipercaya? Kita bisa menjawab dari perilaku kesehariannya. Jika tidak diSTOP pertanyaan mengenai hal ini tidak akan ada habisnya.Fondasionalisme adalah teori pembenaran yang menyatakan bahwa suatu klaim kebenaran pengetahuan untuk dapat dipertanggungjawabkan secara rasional perlu didasarkan atas suatu fondasi atau basis yang kokoh, yang jelas dengan sendirinya, tak dapat diragukan lagi kebenarannya, dan tak memerlukan koreksi lebih lanjut. Para penganut teori ini membedakan antara dua kepercayaan dalam pembenaran. Yaitu kepercayaan dasar dan kepercayaan simpulan.
·         Kepercayaan Dasar
Kepercayaan dasar adalah kepercayaan yang sudah jelas dengan sendirinya, sehingga dapat digunakan sebagai fondasi bagi kepercayaan-kepercayaan lain yang bersifat simpulan.
·         Kepercayaan Simpulan
Kepercayaan simpulan adalah kepercayaan yang disimpulkan dari satu atau lebih kepercayaan dasar.
b.      Intuisionisme (Anti Fondationalisme)
Kapan kita bisa membedakan besar dan kecil, jika kita tidak bisa mengatakan kapan, kita termasuk golongan intuisinisme, tidak memakai permulaan. Begitu pula dengan kapan kita bisa membedakan laki-laki dan perempuan. Maka banyak sekali hal-hal yang kita tidak tahu kapan dimulainya, itulah yang disebut dengan intuisionisme. Apakah kita mengerti angka 2 setelah mengerti angka 1? Apakah setelah belajar di perguruan tinggi? Apakah mengerti setelah didefinisikan? Jawabannya TIDAK. Pemahaman kita tentang 2 itulah yang disebut intuisi, karena sejak kecil kita telah dibiasakan dengan “mata saya dua, kaki saya dua, telinga saya dua, dll”.
      Berbicara tentang menembus ruang dan waktu, terbersit dalam pikiran saya adalah mengejar cita-cita, berusaha mendapatkan apa yang ingin kita dapatkan, apa yang ingin kita lakukan, dan apa yang ingin kita peroleh. Untuk itu tidak kita pungkiri lagi sebagai makhluk yang memiliki hasrat, pasti manusia memiliki tujuan hidup (keinginan) untuk masa depannya. Namun tidaklah mudah untuk melakukan semua itu, perlu suatu strategi-strategi khusu untuk mencapainya. Selain strategi khusus, banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketercapaian apa yang kita citakan, diantaranya adalah :
a.      Faktor Internal
Faktor internal adalah dorongan dalam diri yang berupa minat, bakat, sehingga dapat meimilih bidang apa yang akan dikembangkan untuk mencapai kesuksesan. Contohnya keinginan untuk menjadi seorang profesor pendidikan matematika, keinginan ini harus disesuaikan juga dengan bidang pendidikan yang kita tempuh, dan keahlian yang kita miliki.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah dorongan dari luar (lingkungan). Misalnya dorongan dari orang tua, teman sejawat, saudara, dll. Maka tidaklah salah bagi orang Jawa yang mengatakan “Ojo Cedhak Kebo Gupak”, yang artinya kita harus selektif dalam memilih teman, yaitu teman yang bisa memberikan dorongan kepada kita untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar