Minggu, 11 September 2011

The Effort to Increase the Student’s Motivation in Mathematics Learning with Some Teaching Aids in Junior High School 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia


The Effort to Increase the Student’s Motivation
in Mathematics Learning with Some Teaching Aids
in Junior High School 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia


By :Marsigit  &   Ida Supadmi 
Reviewed By : Eka Sulistyawati

ABSTRAK
      Salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama adalah dengan membuat proses belajar matematika menjadi menyenangkan, menarik, dan dihubungkan dengan kebutuhan sehari-hari.
      Memaksimalkan penggunaan beberapa alat bantu pengajaran dan alat untuk demonstrasi diharapkan dapat membantu proses abstraksi siswa yang sering dijumpai siswa dalam belajar.
     Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di kelas 2 SMP 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia; yang pertama untuk tahun akademik 2001/2002. Pendekatan penelitian ini adalah untuk memilik dan menggunakan alat peraga yang digunakan sebgai model pembelajaran dalam pengajaran matematika melalui penelitian tindakan kelas. Para guru mengambil penelitian tindakan kelas di sekolahnya sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memilih dan menggunakan alat bantu pengajaran yang digunakan sebgai model pembelajaran matematika untuk meningkatkan motivasi siswa.
      Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan beberapa alat bantu pengajaran seperti papan berpaku, karet, kartu permainan, lembar kerja sisiwa yang bertitik, catatan, kertas transparan, benang sipat, tiga bilah kayu yang dapat digunakan sebagai model dalam proses belajar mengajar matematika untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan sisiwa dalam menyelesaikan lembar kerja meningkat, demikian pula untuk diskusi hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mengacungkan tangannya ketika berdiskusi, baik di dalam, maupun di luar kelas.
A. Pendahuluan
      Keberhasilan proses belajar mengajar tijak jauh dari peran guru sebagai informatory, komunikator, dan fasilitator. Metode mengajar digunakan oleh guru yaitu dengan melakukan interaksi antara guru, siswa, dan prestasi belajarnya. Hal ini disebabkan matematika dianggap sebagai objek yang menakutkan, tidak menarik,sulit untuk dilakukan, dan tidak terkait banyak dengan kebutuhan sehari-hari. Walaupun tidak sedikit pula siswa yang menyukai matematika, dan mendapatkan pencapaian preastasi yang baik dalam bidang matematika.
B.  Tinjauan Teoritis
      Sikap siswa dipengaruhi oleh dua factor, yaitu internal dan eksternal (Winoto Putro,1993:33). Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh dua factor di atas. Pada factor eksternal siswa, guru harus memiliki sesuatu hal untuk memotivasi siswa terkait dengan skema kata-kata bimbingan Ki Hajar Dewantoro “Ing Madyo Mangun Karso” yang berarti guru harus mendorong motivasi siswa (Muguharso,1993).
      Siswa SMP berada di usia 12-15 tahun, berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget, usis ini berada pada fase Operasional Formal. Akuisisi pada tingkat ini muncul dari ide-ide untuk membandingkan, emndiskusikan dan membuat kesimpulan. Dalam hal ini terjadi perubahan fungsi intelektual dari pemikiran konkret ke abstrak (Suardiman,1986:36). Alat bantu mengajar dapat membantu proses abstraksi siswa.
C. Hasil Penelitian dan Analisis Data
      Sebelum memulai siklus 1, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 siswa dan juga ditunjuk ketua pada masing-masing kelompok. Hal ini dipilih siswa dengan kemampuan heterogen dan tempat duduk yang dekat untuk mempermudah grup dalam diskusi. Guru juga menyaipkan model matematika di setiap pertemuan dan memberika kartu barang termasuk lembar jawaban.
Siklus Pertama
Topic : Kuadrat dan Akar Kuadrat
a.       Dalam setiap tahap perkembangan, item/pertanyaan akan ditampilkan ke semua kelompok.
b.      Guru memberikan proses belajar mengajar untuk membahas kaudrat dan akar kaudrat dari sebuah nomor pertunjukan yang digunakan adalah papan paku dan karet, kemudian siswa mulai untuk mengerjakan lembar kerja mereka secara individual.
c.       Dalam implementasi menggunakan kartu, pertama guru memberikan penjelasan tentang cara menjalankan permainan.
d.      Setiap kelompok diberi satu set kartu barang yang dicampur dan kemudian dibagi rata oleh ketua kelompok. Kemudian siswa menyelesaikan pertanyaan dalam buku latihan mereka sendiri. Jika sudah selesai, mereka bertukar tugas dengan anggota lain di dalam kelompok yang telah menyelesaikan tugas sebelumnya. Hal ini terus dilakukan sampai semua kartu diselesaikan oleh semua siswa dalam waktu kurang lebih 20 menit.
e.       Guru membagikan lembar kunci jawaban. Permainan itu dimulai dengan membuka kunci jawaban lembar demi lembar. Siswa yang mendapat jawaban yang sama dengan kunci jawaban akan mendapatkan skor dan dicatat dalam lembar nilai, seterusnya sampai selesai. Siswa yang mendapat skor tertinggi yang akan menjadi pemenang.
      Pertanyaan-pertanyaan yang belum dijawab tidak langsung didiskusikan pada kelompok mereka masing-masing, melainkan akan dibawa ke diskusi kelas yang akan dibimbing oleh guru. Setelah permainan usai, guru bertanya kepada siswa tentang kesan mereka terhadap pemanfaatan game dalam pembelajaran matematika. Kebanyakan dari mereka merasa antusia, menikmati, dan diskusipun juga terasa hidup. Selanjutnya dalam sepuluh menit terakhir guru membimbing siswa untuk membaut kesimpulan dan memberikan tugas-tugas lain.
Hasil dari Siklus Pertama
a.       Siswa antusias, merasa mendapatkan permainan baru, yang belum pernah diterapkan
b.      Siswa di dalam kelompok mampu mengemukakan pendapat mereka sendiri.
c.       Penggunaan lembar kerja siswa cukup membantu siswa dalam memahami konsep kuadrat dan akar kuadrat.
d.      Penggunaan papan berpaku bertujuan untuk memotivasi siswa dalam kegiatan tertentu /bereksperimen.

Siklus Kedua
Dalam diskusi tentang Teorema Pythagoras, guru mempersiapkan :
a.       Alat demonstrasi seperti papan berpaku, karet, dan lembar kerja siswa yang bertitik.
b.      Mengembangkan kelompok yang terdiri maksimal 4 sisiwa yang memiliki kemampuan heterogen.
c.       Untuk implementasi, mereka menyiapkan benang sipat, pijakan, tongkat, dan alat-alat pengukuran sebanyak jumlah anggota kelompok.
      Dalam siklus ini, proses belajar mengajar dimulai dari model Pythagoras, siswa diminta untuk menunjukkan bagaimana besar dari sebuah sudut, sisi terpanjang dari sebuah segitiga siku-siku, dan siswa lain untuk sudut siku-siku lainnya. Percobaan dilakukan berkali-kali dengan segitiga siku-siku yang berbeda. Percobaan dilakukan dari waktu ke waktu menggunakan segitiga yang berbeda. Akhirnya, siswa mengambil catatan di lembar kertas kerja sisiwa yang bertitik.
      Siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan tentang korelasi besar sudut di sisi miring dan besar sudut dari sebuah segitiga siku-siku. Dari percobaan itu, disimpulkan tentang Teorema Pythagoras dan menemukan Rumus Pythagoras dari Teorema Pythagoras. Kemudian dilanjutkan dengan tahap implementasi yaitu guru memberikan contoh penggunaan Teorem Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
a.       Penggunaan papan berpaku dan karet sangat efektif untuk menerapkan konsep Teorema Pythagoras.
b.      Dalam eksperimen luar ruangan, semua siswa begitu bersemangat dan tertarik, tidak ada yang tampak bermain sendiri.
Siklus Ketiga
      Siklus ini dilakukan dalam topic garis sejajar. Pada awalnya, guru menyiapkan alat yang terdiri dari papan berpaku, karet, sepasang penggaris segitiga, kertas transparan, lembar kertas siswa bertitik, tiga bilah kayu atau kertas bergaris sebgai model dalam pembangunan, sedangkan untuk implementasi guru menyiapkan benang tebal dan busur derajat.
      Dalam subtopik tentang definisi garis sejajar, guru memulai untuk membuat garis menggunakan karet pada papan berpaku dari horizontal ke vertical dan kemudian sisi miringnya. Siswa diminta untuk membuat garis lain yang sejajar dengan garis yang telah dibuat dengan karet pula.
      Dalam rangka untuk lebih memahami tentang garis sejajar, sisiwa diminta untuk membuat garis tidak sejajar dan garis sejajar di atas kertas lembar kerja siswa yang bertitil. Dari pengamatan, semua sisiwa mampu menyelesaikan tugas mereka dan selanjutnya dibahas tentang definisi garis sejajar dan cara menggambar garis sejajar menggunakan sepasang penggaris segitiga. Masih ditemukan tiga siswa gagal dalam menyelsaikan tugas. Di sini, guru membimbing mereka secara individual.
      Dalam tahap perkembangan untuk subtopic tentang sudut, mungkin terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain, dengan menggunakan dua bilah kayu sebagai model garis yang digantung di papan, dan pisau ketiga/bilah ketiga menyeberang ke dua garis. Dalam tahap itu membahas tentang, dala, luar, dan sudut yang mungkin terjadi seperti sudut sepihak, sudut berseberangan, sudut dalam sepihak, sudut luar sepihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar